Dion Barus

  • Tentang Saya
  • Advertisement
  • Daftar Isi
  • Disclaimer Dan Privacy
  • Personal
You are here: Home / Humaniora / Alasan Saya Tidak Suka TV One

Alasan Saya Tidak Suka TV One

tidak suka tv oneDi antara beberapa stasiun televisi di Indonesia terhitung ada dua stasiun televisi yang fokus acaranya pada berita, yakni Metro TV dan TV One. Diantara keduanya  hanya Metro TV yang saya anggap sebagai stasiun televisi berita yang benar-benar fokus dan profesional sedangkan TV One saya anggap sebagai salah satu Metro TV wannabe. Tulisan ini bukan untuk menguntungkan Metro TV karena saya tidak berkaitan sama sekali dengan Metro TV. Sedangkan mengapa tidak suka TV One akan dijelaskan dengan menyertakan alasan-alasan berikut ini:

Porsi Berita Yang Berlebih

Sebagai sebuah stasiun TV berita memang sudah manjadi kewajaran jika mereka menyajikan berita-berita yang sedang hangat di masyarakat namun sekarang yang menjadi masalah adalah proporsi dari berita yang ditayangkan. Saya melihat bahwa TV One jika menayangkan sebuah berita, apalagi berita yang panas, akan sangat berlebih. Mereka bisa menghabiskan 1 jam penuh untuk menanyakan berita itu saja. Hal yang diberitakan pun beragam mulai dari yang penting sampai yang gak penting. Dan sering kali juga terjadi pengulangan berita-berita itu saja dalam setiap kesempatan.

Frekuensi Breaking News Yang Tidak Konsisten

Jika di Metro TV ada Breaking News maka di TV One ada Kabar Terkini yang tayang setiap 1 jam sekali. Namun tidak seperti Metro TV yang konsisten menayangkan Breaking News setiap 1 jam sekali selama 24 jam maka TV One hanya menayangkan Kabar Terkini sesuka hati, kadang bisa 1 jam sekali kadangkala sudah tengah malam atau ada acara lain mereka tidak menayangkannya. Ini bisa menjadi tanda bahwa mereka tidak terlalu cepat mendapat berita atau tertinggal beberapa langkah dari stasiun televisi tetangganya.

Pembawa Berita (Anchor) Yang Berlagak Seperti Detektif Investigasi

Kalau anda pernah menonton berita-berita atau acara dialog TV One anda pasti akan familiar dengan Alfito Deannova, Karni Ilyas dan satu lagi saya lupa namanya (namanya juga tidak ada di situs TV One). Mereka adalah penyiar TV One yang saya pikir aneh. Mereka seharusnya menjadi penyiar tapi kadangkalanya mereka bertindak seperti detektif terhadap nara sumber. Mereka melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan nara sumber. Belum lagi mereka kelihatan sok, arogan dan merasa pintar sendiri. Saya sering sekali menonton acara yang dibawakan oleh mereka dan umumnya seperti menonton dialog investigasi polisi di ruang penyidikan. Tidak seharusnya seorang pembawa acara bersifat angkuh, sok dan merasa paling benar dalam mewawancarai nara sumber.

Iklan Yang Berlebih

Saya sadar bahwa TV One sekarang menjadi televisi yang berkembang dan banyak pihak yang mengiklankan produknya di sana oleh sebab itu maka akan banyak sekali iklan yang ditayangkan sebagai konsekuensinya. Namun jika iklan tersebut sudah kebanyakan maka TV One sama seperti televisi-televisi alay lainnya seperti Trans TV atau Trans 7. Tidak lucu jika lebih lama waktu iklan daripada beritanya.

Empat alasan utama itulah yang melatarbelakangi saya mengapa saya tidak suka TV One. Sebenarnya masih banyak alasan-alasan yang lain namun lebih bersifat minor dan tidak terlalu urgent untuk ditulis. Jujur daripada harus menonton lebih baik saya menonton acara-acara Metro TV yang lebih berkualitas dalam penyajian berita, anchor yang profesional dan mutu acara yang sudah internasional.

Terlepas dari itu semua sudah sebaiknya TV One lebih peduli dengan mutu acaranya daripada hanya mencari kontroversi seperti kasus Andris Ronaldi si makelar kasus palsu yang sangat mencoreng reputasi TV One di tanah air.

Postingan Terkait:

  • Kristen Stewart! Sempurna!
  • 10 Tanda-Tanda Interview Kerja Anda Tak Berjalan Baik
  • Universalisme Mario Teguh
  • Review Sandal Gunung Quechua Arpenaz 50
  • Pengalaman Kena Sensus Ekonomi 2016
  • 10 Alasan Kalau Kamu Sudah Jadi Orang Palembang

Bagikan Artikel Ini Ke Medsos Kamu:

  • Facebook
  • Twitter
  • WhatsApp
  • Telegram
  • Email
  • Print

Pertama kali terbit 23 April 2010. Diupdate terakhir 22 March 2018 oleh Dion Kategori Artikel: Humaniora

27 Komentar

  1. Lita says

    24 April 2010 at 13:40

    At some point, I agree. Tapi metro TV juga kadang2 “nyebelin”. Berita2nya sering berat sebelah. Padahal seharusnya, pers dilarang keras bersikap memihak. Contohnya waktu pemilu atau waktu pemilihan ketua umum partai Golkar. Belum lagi kalau ada berita tentang Surya Paloh, bisa habis waktu 1/2 jam cuma buat menyiarkan pidatonya dari A sampe Z. Dan ini bukan terjadi sekali. Pokoknya, hampir semua kegiatan seremonial gak penting yang ada Surya Paloh-nya, memakan porsi waktu yg banyak walau “belum” ditempatkan sebagai headline.

    Secara umum, metroTV emang jauh lebih baik daripada TVOne.

    Reply
    • Nico says

      2 November 2017 at 19:37

      Metro TV punya siapa ya? Surya Paloh? Owner ko dilawan.

      Reply
  2. Ceritaeka says

    2 June 2010 at 12:06

    gue bukan penggemar mereka berdua bung! 🙂

    anw senneg baca ini, sikap kritismu itu aku kagum lhoo

    Reply
  3. khalibrand says

    12 July 2010 at 19:58

    knp TvOne seperti Metro Tv wanna be, mungkin dikarenakan Karni Ilyas dulu adalah kepala Metro Tv.

    Reply
    • wong ndeso says

      3 December 2010 at 23:10

      @khalibrand, eh? bukannya dari sctv yak? 😯

      Reply
  4. vni says

    1 November 2010 at 14:00

    kyaknya yang di sindir ngandung maksud tertentu deh,,, klo TV 1 KMU KRITISI GINI,,,, klo tv 7 n trans tv gtu,,,, kyakya yang punya usaha pertlivisian brsal dari daerah tertentuuu,,,, makanya bung bsok bikin usha pertelevisian sendiri, klo kritikan mampu kau buktikan , maka saranku, buka juga usaha pertrelivisian tuk memper baiki k3 stasiun yang tlah kau kritisi,,, buktikan bukan hanya kritis . ok…. .. good luck bung…

    Reply
    • Dion Barus says

      2 November 2010 at 10:41

      @vni, Analogi yang tipikal bung. Kalau begitu kritikus film harus bikin film juga atau komentator sepakbola harus jadi pemain bola juga? Penonton punya hak untuk mengkritisi dan lagian apa yang saya tulis diatas adalah murni pandangan saya tanpa ada dukungan dari pihak manapun.

      Seseorang gak perlu menjadi apa yang dikritisi untuk harus mengkritisi sesuatu.

      Thanks.

      Reply
      • riezma says

        16 December 2010 at 13:00

        point 1 = tv one ma metro tv sama2 lebay klo ada berita panas ( ky pengepungan teroris…dll)

        point 2 = gak ada ukuran breaking news harus tiap jam dan gak ada ukuran yg setiap jam lebih baik..lah wong kadang@ breaking news nya juga gak penting

        point 3 = sama aja liat di metro tv…kania . .fifi alyda…sama najwa
        point 4 = iklan mah emang sumber duitnya..klo gak mau tvri aja ada iklannya ..banyak dikitnya mah tergantung waktu primetime ma kualitas acaranya semakin baik rating semakin banyak iklannya

        gitu aja ribet

        Reply
      • wahyu says

        1 March 2012 at 22:18

        betulll… mengkritisi psk, harus jadi psk juga? 🙄 😆

        Reply
  5. gadis says

    24 January 2011 at 13:58

    kalau dilihat secara kualitas mang metro jauh diatas TV ONe…

    malah gw bilang TV ONe tuh WOrst Entertaiment…….*kutip dari dosen gw* wkwkwkwk

    yang pualing kerasa banget TV ONe gak profesional adalah kasus Indy Rahmawati, Teroris, dan BErita tentang BAkrie….astagaaaahhhhh

    masih mending metro….sampai sejauh ini Surya PAloh masih bersih dan dikenal sebagai tokoh idealis……

    Reply
  6. jack says

    18 February 2011 at 17:41

    Gue kabalikan sama lu, gue rasa TV One TV yang berani dalam mengabarkan berita terkini. Liat dunk pembicara yang datang..gak ece2 punya..asbun..ya kalo yang asbun yang datang itu pasti dicecer lah

    Reply
    • Dion Barus says

      20 February 2011 at 20:44

      @jack, Memang benar tapi apa gunanya pertama mengabarkan namun ternyata berita itu hoax. 👿 Kalau mau menonton berita yang cuma sekelas mencari kontroversi tanpa esensi, TV One memang jagonya. 8)

      Reply
  7. yuda supri says

    3 March 2011 at 22:34

    ane jarang nonton tv one.coz sibuk kul.dulu suka nonton sih,sekarang cuma ortu yg suka nonton.

    Reply
    • tumino says

      19 February 2012 at 22:12

      dialog fpi tanggal 19 feb 2012

      sebenarnya saya cenderung senang ngeliat acara dialog,, yang namanya dialog tentunya antara peserta dialog maupun moderator memahami tentang dialog yang konstruktif, adanya kesadaran, penghormatan dan kontrol untuk meraih sesuatu yang lebih baik, saya melihat acara ini tidak dipersiapkan dengan baik terutama oleh TV one baik kemampuan materi maupun kemampuan menghandle sebuah diskusi. salam semoga kedepan lebih baik.

      Reply
  8. Gregorius Nathan says

    2 March 2012 at 01:19

    Metro TV beritanya sering tidak berimbang. Lebih banyak “kampanye” terselubung daripada berita objektif. Lebih suka memanas-manasi penonton dengan suguhan “anti program pemerintah”.

    Reply
    • Maytini says

      29 March 2018 at 13:58

      Click setuju,metro tv sangat tidak berimbang,lihat ketika jagoannya ahox jadi gubernur nayangin dan memujinya luar biasa,bahkan kesalahan. Ahox ngk ditayangin, giliran Anis sandi jadi gubernur dan prestasinya bagus dan dapat penghargaan dari luar negeri ngk nayangin,metro tv adalah stasiun TDK berimbang,hanya menayangkan yang dia dukung saja.lihat ahox salah Penista agama,ngk berani kritisi.metro tv adalah tv yang TDK adil.dan terlebih ketika aksi damai saya menonton jelas jelas dia sangat negatif memandang umat islam.sampai dalam hati saya bertanya ini metro tv benarkah punya Surya Paloh,atau China atau asing.lihatlah metro tv hanya dia satu satunya mengadakan tayangan acara China bahasa Mandarin.apakah benar ini punya jams riady.metro tv punya siapakah???

      Reply
  9. mas prie says

    21 October 2012 at 08:56

    kedua2nya cenderung dak imbang dalam beritanya selalu berat sebelah semua cenderung menyalahkan atau program pemerintah selalu salah

    Reply
  10. Muhammad Zaki Al-Aziz says

    2 November 2012 at 15:52

    Kalau kontennya gimana?
    Ada yang beda tidak sama metro TV? 😀

    Reply
  11. alus komara sumintawikarta says

    4 June 2013 at 20:00

    Eks Kru TV One Luncurkan Buku Kezaliman Media Massa Terhadap Umat Islam

    JAKARTA – “Revolusi media tidak akan pernah terjadi di media arus utama. Mereka lebih sibuk dengan popularitas, rating dan uang. Revolusi media lahir dari pinggir, dan dilakukan oleh sekelompok orang yang dianggap tidak ada. Siapakah mereka? Mereka adalah jurnalis Muslim yang senantiasa membela Agama Kebenaran, penuh dedikasi dan keikhlasan meski dihadapkan pada banyak keterbatasan..”

    Demikian kalimat pembuka dalam buku yang berjudul “Kezaliman Media Massa terhadap Umat Islam” yang ditulis oleh Mohamad Fadhilah Zein, diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar.

    Belum lama ini, buku yang mendapat kata pengantar dari Wartawan Senior Herry Mohammad (Redaktur Pelaksana Majalah Gatra) ini, diluncurkan bersama sejumlah jurnalis muslim yang tergabung dalam Jurnalis Islam Bersatu (JITU) di Warung Teko, Poins Square, Lebak Bulus, Jakarta.

    Fadhil – begitu ia disapa – adalah seorang Jurnalis televisi yang paham betul tentang jagad dunia jurnalisme. Ia merasa prihatin dengan media massa di Indonesia, sengaja atau tidak, telah bertindak zalim terhadap umat Islam di republik ini. Realitas ini mendorongnya untuk menghimpun fakta dan bukti kezaliman yang dilakukan media terhadap umat Islam.

    Buku yang ditulis Fadhil, lelaki kelahiran 1 April 1979 ini, menjadi pengingat bagi para jurnalis muslim agar memahami peran dan tugasnya, dan selanjutnya bekerja sesuai dengan rambu-rambu syar’i. Jika tidak, mereka akan menjadi bagian dari scenario besar yang hendak memadamkan cahaya Islam di bumi pertiwi ini, secara sadar maupun tidak.

    Terdapat lima bab yang dibahas buku ini. Bab I membahas tentang Kebebasan Pers Pasca Tumbangnya Orde Baru. Bab II: Kezaliman Media Massa Dunia Terhadap Umat Islam, Bab III: Jurnalis dan Harga Sebuah Idealisme, Bab IV: Saatnya Umat Islam Melawat Lewat Media Massa, Bab V: Resolusi Umat islam di Bidang Komunikasi.

    Yang menarik dalam buku ini dalam mengkritisi setiap kezaliman media terhadap umat Islam, mulai dari pemberitaan terorisme, pemberitaan miring soal Front Pembela Islam, pemberitaan Sunni-Syiah, pemberitaan kerusuhan Ambon dan Poso, pemberitaan HKBP Ciketing Bekasi dan Gereja Yasmin.

    Kezaliman media massa dunia terhadap umat islam juga disinggung dalam buku ini, mulai dari kezaliman media memberitakan Perang Irak, kezaliman media dalam pemberitaan 11 September 2001, dan sebagainya.

    Fadhil menegaskan, meskipun umat islam mayoritas di negeri ini, namun tidak memiliki kekuatan untuk membangun opini public yang positif tentang dirinya sendiri. Jika kita telaah dan telusuri, begitu banyak pemberitaan yang menyudutkan Islam.

    Saat menulis buku ini, Fadhil masih bekerja sebagai News Produser TVOne yang selama ini zalim terhadap umat islam, terutama pemberitaan seputar terorisme. Perang batin yang dirasakan Fadhil atas kebijakan redaksi, tempat ia bekerja sebelumnya, menjatuhkan pilihannya untuk hengkang dari TV One. Karena sudah tidak ada lagi kecocokan.

    Dalam bukunya, Fadhil menulis: “Pada level global, beberapa jurnalis kawakan pun memilih keluar dari tempatnya bekerja, karena bertentangan dengan hati nurani, saat kepentingan politik praktis dan tugas jurnalistik yang mengedepankan kebenaran, bertabrakan.”

    Ia memberi contoh, Helene Thomas dari Heart Newspaper, mengundurkan diri dari posisinya sebagai jurnalis senior di Gedung Putih. Dia dikecam oleh Pemerintah George W. Bush karena mengkritik Israel dan kebijakan politik luar negeri AS yang mengivansi Irak dan Afghanistan.

    Adapula Yvonne Ridley, jurnalis Inggris yang pernah disekap Taliban, saat melakukan tugas jurnalistik pada tahun 2002. Dia kemudian masuk Islam dan melakukan kampanye Islam ke seluruh dunia. Bahkan bersama sejumlah koleganya, jurnalis muslimah yang kini berjilbab ini membangun Islamic Channel. Sepertinya Fadhilah Zein terinspirasi dengan jurnalis Barat yang kini sadar dengan kezaliman media massa dunia terhadap umat islam. Buku yang ditulisnya adalah sebuah ilmu, gagasan dan pengalaman yang sangat berharga bagi jurnalis muslim dimanapun berada.

    Reply
  12. Rio Nanda says

    1 August 2016 at 19:15

    Indiarto priadi… Mantannya SCTV…
    Ada satu momen penting dimana dia jadi host-nya, seingat saya berita ttg teroris. Udah lama jg sih. Dia malah nanya ke orang lapangan, udah makan belum… Orang bego kok bisa jadi penyiar… -_- pantesan dibuang sama SCTV.

    Plus, ada satu waktu nonton acaranya pas pagi, jam 10-an. Ada narasumber yg nunjukin gambar peraga dari smartphone. Sayangnya ukuran layarnya memang kecil, jadi kameramen mesti ngezoom dekat. Ga jelas lagi tulisannya apa.
    Tahu apa yg ada dipikiran saya?
    Ngapain repot-repot smpai ngezoom dueket gitu. Kan bisa file JPG-nya di pindah ke ilustrasi full layar TV. Mungkin sebelum take gambar diminta dulu gbr peraganya dari smartphone narasumber. Jadi infonya bisa tersampaikan ke pemirsa dgn jelas…

    Hmmm… Namanya jg TV “Memang Beda” hehehe… :3

    Reply
  13. Reza Abdillah says

    4 February 2017 at 14:32

    Ane sih lebih suka TV one haha

    Reply
  14. adi says

    20 April 2017 at 15:40

    saya penggemar si bolang

    Reply
  15. sherly says

    1 August 2017 at 09:15

    sy jg gk suka tvone gk ky metrotv tv yg sk berat sebelah, sy bkn fanatik dgn metrotv sy jg bkn orngny surya paloh tp bg sy surya paloh benar2 peminpin yg hebat & berintregritas tinggi yg benar2 menjungjung tinggi pancasila & ttp mengutamakn persatuan tdk ad unsur sprt mw memecah belah. sprt tvone beritany sk memihak 1 partai tertentu.
    ya nama jg sdh tvone
    dgn selogan
    memang beda y jd beda beritanya

    Reply
  16. retno says

    17 August 2017 at 11:04

    Metro juga kadang infonya naddem dan sekutunya .banyakkkk banget.
    kalo dasarnya g suka ya gt ya mas, setauku metro juga Najwa lebih angkuh dan cecer narasumber ga jauh beda ama orang2 yang disebutkan diatas .hehehe .. yah segmennya juga beda deh.. tv one middle low, metro middle up… nampak seperti itu dr sisi marketing dan iklannya. #justshare

    Reply
  17. Adam says

    3 May 2018 at 16:44

    Sebenernya kalau bahasa kasarnya..
    Kedua stasiun tv ini memang memihak.
    Itu sudah rahasia umum..

    Tapi.
    Metro tv itu fokus terhadap pihaknya, kinerjanya, pencapaiannya, bahkan pernah mengkritik pihaknya ” acaranya najwa “. Dan tidak pernah memberitakan pihak lain lebih dari kenyataan.

    Berbeda dengan Tv one.
    Dia fokus nya 2. Pihaknya, dan kesalahan pihak lawan..
    Bahkan lebih banyak menyinggung dari pada mengurus pihaknya..

    ” memang beda “

    Reply
  18. maida suhaini says

    11 May 2018 at 08:29

    Semoga komen ini masih relevan. Sampai hari ini tv one tidak mau belajar bagaimana menjadi tv penyaji berita yang profesional. Setidaknya belajar untuk menyajikan berita yang berempatii kepada kedua belah pihak. Menghargai bagaimana selama ini kita semua sedang berusaha menjadi lebih baik. Contohnya kejadian di Mako Brimob beberapa hari yang lalu, saya paham tv one maksudnya “seolah-olah” ingin sekali memberikan berita yang berimbang. Sayangnya, saat telah diketahui ada beberapa polisi yang gugur akibat kejadian tersebut, tv one malah mengundang Al Khattot yang digoreng untuk mengungkap ketidaknyamanan ditahan di Mako Brimob. (ditahan kok pingin nyaman) Ironisnya negosiasi ataupun softt approach sedang berlangsung disana. Tv apa ini yang maunya pemerintah salah melulu, polisi bejat melulu ah…. tv oon kata anak saya. Apalagi anchornya… wuih mbingungin kalo ngomong apalagi reporter yang langsung mengabarkan dari lapangan ancur makkkk. Masa kelasnya udah anchor ataupun reporter masih salah menyebut nama Ibukota provinsi. Baru tahu dari tv one saya kalau Banjarmasin itu Ibukota provinsi Kalimantan Barat….anak saya yang kelas 3 SD terpingkal-pingkal tertawa. Ada nggak sih penyelia bahasa di tv one atau setidaknya pembekalan bahasa untuk anchor atau reporter untuk pekerja media di tv one?

    Reply
    • gondrong ukauka says

      27 September 2018 at 18:28

      betul skali tv one gak mutu siaranya.

      Reply

Kebijakan Komentar: Harap menggunakan nama asli atau nickname yang umum. Silakan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jelas dan mudah dimengerti. Untuk keterangan lebih lanjut baca laman Disclaimer dan Privacy di sini.

Perhatian: Dilarang menuliskan komentar dengan tujuan untuk mempromosikan produk atau layanan tertentu. Jika tertarik untuk beriklan dan bekerjasama di blog ini, silakan kunjungi laman Advertisement di sini.

Silakan Komentar Di Sini Cancel reply

Kolom bertanda * wajib diisi. Alamat email harus valid dan email tersebut tidak akan dipublikasikan untuk umum.

Berlangganan Artikel Gratis!!!


Masukan email kamu untuk berlangganan posting artikel terbaru atau komentar yang sudah dibalas langsung ke inbox email.

No Spam!

Post Populer

  • Berapa Lama Pengiriman Shopee Dari China Ke Indonesia Dengan Standar Ekspress?
    Berapa Lama Pengiriman Shopee Dari China Ke Indonesia Dengan Standar Ekspress?
  • Cek Resi Standard Express Shopee Dari China
    Cek Resi Standard Express Shopee Dari China
  • Daftar Arti Kode Resi Dan Gateway Pengiriman J&T
    Daftar Arti Kode Resi Dan Gateway Pengiriman J&T
  • Cara Mengembalikan Paket Internet Murah Telkomsel Yang Hilang
    Cara Mengembalikan Paket Internet Murah Telkomsel Yang Hilang
  • Cara Aktivasi Paket Internet Tri Termurah 2GB Rp 1500
    Cara Aktivasi Paket Internet Tri Termurah 2GB Rp 1500
  • Info Lengkap: Proses Pengiriman Barang JNE
    Info Lengkap: Proses Pengiriman Barang JNE

Cari Posting

Artikel Terbaru

  • Extra Unlimited Malam Full Speed Smartfren: Ada FUP?
  • Penipuan Rekening Belanja Online
  • Perubahan Skema Kuota Internet Tri 2.5GB
  • Cara Mudah Belajar Grammar Bahasa Inggris
  • Sentral Cargo: Jasa Pengiriman Barang Untuk Usaha dan Bisnis Anda

Komentar

  • Meliani fn on Waspada Modus Penipuan Online Terbaru
  • Juliana on Jenis Pertanyaan Keluhan Pelanggan JNE
  • Ahmidy on Info Lengkap: Proses Pengiriman Barang JNE
  • Haris on Hati-hati Dengan Modus Penipuan Oknum JNE
  • Luc on Extra Unlimited Malam Full Speed Smartfren: Ada FUP?

Kategori

Powered By

Copyright © 2021 Dion Barus • All Rights Reserved.

  • Email
  • Facebook
  • Google+
  • Instagram
  • Medium
  • RSS
  • Twitter
loading Cancel
Post was not sent - check your email addresses!
Email check failed, please try again
Sorry, your blog cannot share posts by email.